Warga Kaoem Depok Perantau Melakukan Ziarah Kubur di Pemakaman
Tradisi Mudik Natal Warga Depok Yang Merantau Ke Manca Negara
Lacak Peristiwa.com,Depok- Mereka dikenal dengan Kaoem Depok merupakan ke turunan dari 12 Fam marga warisan Cornelis Chastelein, Tradisi Mudik Ke Depok setelah mereka berada belasan tahun di luar negeri.
Setiap Hari Raya Natal, warga Depok yang merantau tersebar di sejumlah negara Eropa, Amerika hingga Afrika akan kembali ke kampung halamannya, Kota Depok.
Kaum Depok perantau kembali ke Depok untuk bertemu dengan sanak famili dan melakukan ziarah kubur untuk menghormati para leluhurnya yang telah lama mendahului mereka.
Dengan mengenakan pakaian didominasi warna putih berbondong bondong masuk ke area Tempat Pemakaman Kristen (TPK) Kamboja yang dikelola Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) di Jalan Kamboja, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, sejak Minggu-Senin - tanggal 22,dan 23 Desember 2024.
Dua hari sebelum Hari Raya Natal 2024 ini, berduyun duyung melakukan ziarah kubur di TPK Kamboja. Suasana sepi yang melekat pada pemakaman peninggalan Belanda itu sejenak berubah.
Seperti pada umumnya, rombongan peziarah yang melangkahkan kaki masuk ke TPK Kamboja itu turut membawa bekal seperti bunga, air mawar, dan kitab suci Umat Kristen, Alkitab.
Masuk ke area TPK Kamboja, rombongan peziarah yang didominasi kaum lansia ini mulai mengarah kepada salah satu makam yang bentuknya megah, lebar, dengan punggungan berbentuk segitiga.
Sesampainya disana, satu per satu dari peziarah itu mulai berlutut dengan pandangan yang mengarah kepada batu nisan. Taburan bunga, dan harum mawar mulai tercium dari area tersebut.
Dari kejauhan, kelompok peziarah itu memiliki wajah sebagaimana warga Indonesia pada umumnya. Namun, beberapa diantaranya memiliki kulit putih seperti orang Belanda.
"Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa dan mengucap syukur. Haleluya, Amen," tutur pria yang memimpin rombongan peizarah tersebut.
Ternyata, pemimpin peziarah itu tidak begitu asing dalam dunia sejarah Kota Depok. Dia adalah Boy Loen yang saat ini menjabat Koordinator Bidang Sejarah YLCC.
"Ziarah ini merupakan tradisi Kaoem Depok atau pemilik 12 marga jelang Hari Raya Natal. Jadi, mereka yang tinggal di Depok maupun di luar Depok, ada juga yang di luar negeri, mereka kembali untuk nyekar ke makam keluarganya," jelas Boy Loen.
PDA umumnya mereka yang melakukan ziarah TPK Kamboja memiliki hubungan erat dengan Kaoem Depok, atau pewaris 12 marga yang diberikan Tuan Tanah Depok, Cornelis Chastelein.
"Terutama yang kembali saat Natal dan Tahun Baru itu mereka masih punya keluarga atau orangtua di Depok, atau keluarga mereka yang dimakamkan di TPK Jalan Kamboja mereka pasti nyekar, lalu kumpul keluarga," beber Boy Loen.
Boy Loen mengungkapkan, Kaoem Depok menyebut TPK Kamboja dengan istilah Kerkhof, atau memiliki arti pemakaman dalam bahasa Indonesia. Pemakaman itu menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi keluarga pewaris 12 marga yang sudah berpulang lebih dulu.
Pemilik 12 marga warisan Cornelis Chastelein, atau yang lebih dikenal dengan Kaoem Depok memiliki tradisi unik. Setiap Hari Raya Natal, mereka yang tersebar di sejumlah negara Eropa, Amerika hingga Afrika akan kembali ke kampung halamannya, Kota Depok. Tradisi ini mirip dengan mudik yang dilakukan umat Islam jelang Hari Raya Idul Fitri.
Dua hari sebelum Hari Raya Natal 2024 ini, satu per satu peziarah mulai berdatangan ke TPK Kamboja. Suasana sepi yang melekat pada pemakaman peninggalan Belanda itu sejenak berubah.
Seperti pada umumnya, rombongan peziarah yang melangkahkan kaki masuk ke TPK Kamboja itu turut membawa bekal seperti bunga, air mawar, dan kitab suci Umat Kristen, Alkitab.
Masuk ke area TPK Kamboja, rombongan peziarah yang didominasi kaum lansia ini mulai mengarah kepada salah satu makam yang bentuknya megah, lebar, dengan punggungan berbentuk segitiga.
Sesampainya disana, satu per satu dari peziarah itu mulai berlutut dengan pandangan yang mengarah kepada batu nisan. Taburan bunga, dan harum mawar mulai tercium dari area tersebut.
Dari kejauhan, kelompok peziarah itu memiliki wajah sebagaimana warga Indonesia pada umumnya. Namun, beberapa diantaranya memiliki kulit putih seperti orang Belanda.
"Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa dan mengucap syukur. Haleluya, Amen," tutur pria yang memimpin rombongan peizarah tersebut.
Ternyata, pemimpin peziarah itu tidak begitu asing dalam dunia sejarah Kota Depok. Dia adalah Boy Loen yang saat ini menjabat Koordinator Bidang Sejarah YLCC.
"Ziarah ini merupakan tradisi Kaoem Depok atau pemilik 12 marga jelang Hari Raya Natal. Jadi, mereka yang tinggal di Depok maupun di luar Depok, ada juga yang di luar negeri, mereka kembali untuk nyekar ke makam keluarganya," jelas Boy Loen.
Umumnya, setiap peziarah di TPK Kamboja memiliki hubungan erat dengan Kaoem Depok, atau pewaris 12 marga yang diberikan Tuan Tanah Depok, Cornelis Chastelein.
"Terutama yang kembali saat Natal dan Tahun Baru itu mereka masih punya keluarga atau orangtua di Depok, atau keluarga mereka yang dimakamkan di TPK Jalan Kamboja mereka pasti nyekar, lalu kumpul keluarga," beber Boy Loen.
Boy Loen mengungkapkan, Kaoem Depok menyebut TPK Kamboja dengan istilah Kerkhof, atau memiliki arti pemakaman dalam bahasa Indonesia. Pemakaman itu menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi keluarga pewaris 12 marga yang sudah berpulang lebih dulu.
Biasanya, puncak peziarah memadati Kerkhof itu jatuh pada 24 dan 25 Desember setiap tahunnnya. Setelah berziarah, mereka akan berkumpul dengan sanak saudara yamg masih tinggal di kawasan Depok Lama, Kecamatan Pancoranmas.
Beberapa tahun belakangan ini, pengunjung atau peziarah di kerkhof tersebut semakin berkurang. Hal itu ditandai dengan adanya pandemi Covid 19. Pemerintah membatasi hampir semua sendi kehidupan.
Di samping itu, sebut Boy Loen, berkurangnya peziarah di kerkhof atau TPK Kamboja dilatarbelakangi usia pengunjung yang sudah tidak muda lagi. Terutama, peziarah yang berasal dari luar negeri yang tentunya memiliki keterbatasan secara fisik.
Terakhir, kata Boy Loen, membludaknya pengunjung di TPK Kamboja itu terjadi pada 2015, atau 10 tahun silam.
"Kalau dihitung kepala keluarga, kemungkinan di bawah 100 KK, tapi itu cukup banyak. Biasanya, mereka akan ke gereja dan natalan bersama keluarganya yang masih ada di Depok," beber Boy Loen.
Lebih lanjut, Boy Loen menjelaskan, kebanyakan dari peziarah itu merupakan pewaris 12 marga yang diberikan Cornelis Chastelein. Saat ini, tidak sedikit dari mereka yang menetap di luar negeri seperti Belanda, Belgia, Jerman, Inggris, Irlandia, Amerika bahkan Afrika.
"Paling banyak mereka tinggal di Belanda," ujar Boy Loen.
Boy Loen memastikan, tradisi ziarah di TPK Kamboja itu sudah berlangsung setelah Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Tradisi ini masih terus berjalan tahun ke tahun, meskipun mengalami penurunan jumlah pengunjung.
"Tradisi pulang kampung ini sudah berlaku sejak awal kemerdekaan," tutur Boy Loen.
Mengulas balik, kata Boy Loen, tradisi natal ala Kaoem Depok itu sempat terhenti pada 1962. Seingat dia, pemerintah mengeluarkan kebijakan politik besar yang berpengaruh terhadap nasib Kaoem Depok secara langsung.
Pasalnya, Kaoem Depok yang tersebar di sejumlah negara itu terpaksa mengurungkan niatnya untuk kembali ke kampung halaman tercinta, Kota Depok.
"Sempat terhenti 1962, ketika Presiden Soekarno membebaskan Irian Barat, dan mereka gak bisa pulang karena hubungan diplomatik terputus," ungkap Boy Loen.
Suasana berubah, akhir Tahun 1963 hubungan diplomatik kembali dibuka. Kaoem Depok di berbagai negara bisa pulang ke kampung halaman.
Sekitar 1968 sampai 1970 berjalan lagi tradisi ini sampai sekarang," kata Boy Loen.
Bukan hanya karena Hari Raya Natal saja, kebiasaan Kaoem Depok pulang kampung ini juga bertepatan dengan puncak musim dingin di benua Eropa yang terjadi selama November, Desember, hingga Januari.
"Karena di bulan itu (November, Desember dan Januari) cuaca di Belanda sedang dingin sekali. Nah, banyak juga Kaoem Depok yang pulang karena memang cuacanya tidak bersahabat, karena sangat dingin," beber Boy Loen.
Di samping itu, Boy Loen menerangkan, YLCC yang menaungi Kaoem Depok atau pewaris 12 marga Cornelis Chastelein itu masih aktif melakukan peryaaan internal yang biasa dihelat setiap awal tahun.
"Natal Kaoem Depok diseleng gerakan YLCC dari seluruh marga hadir, biasanya kita gunakan Gedung Imma nuel yang saat ini sedang direno vasi, yang akan datang kita gelar di Gedung YLCC," tutur Boy Loen.
Cornelis Chastelein adalah qq tuan tanah di wilayah yang saat ini dikenal dengan Kota Depok. Sebelum berpulang, dia mewarisi 12 marga kepada budaknya yang mau memeluk agama Kristen. Satu diantara nya, marga Jonathans. (**).
0 Komentar