Skip to content

Menu

  • Finance
  • Technology
  • Pemerintah
  • Viral
  • Nasional
  • Daerah
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Politik
  • Internasional
  • Sports

Archives

  • October 2025
  • September 2025

Calendar

October 2025
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
« Sep    

Categories

  • Daerah
  • Finance
  • Health
  • Hukum
  • Internasional
  • Kesehatan
  • Nasional
  • Outdoors
  • Pemerintah
  • Pendidikan
  • Pet Care
  • Politik
  • Sports
  • Technology
  • Viral

Copyright lacakperistiwa.com 2025 | Theme by ThemeinProgress | Proudly powered by WordPress

lacakperistiwa.com
  • Finance
  • Technology
  • Pemerintah
  • Viral
  • Nasional
  • Daerah
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Politik
  • Internasional
  • Sports
You are here :
  • Home
  • Daerah ,
  • Pemerintah
  • Pramono Anung Klaim Udara Jakarta Bersih Saat Running Festival 2025
Written by Edward BennettOctober 26, 2025

Pramono Anung Klaim Udara Jakarta Bersih Saat Running Festival 2025

Daerah . Pemerintah Article

Pramono Anung Klaim Udara Jakarta Bersih di Running Festival 2025

lacakperistiwa.com – Sekretaris Kabinet Pramono Anung kembali jadi sorotan setelah mengklaim bahwa udara Jakarta bersih saat menghadiri Running Festival 2025 pada Minggu pagi (26/10/2025). Pernyataan itu disampaikan saat ribuan peserta berlari di kawasan Sudirman–Thamrin, pusat ibu kota.

Pramono mengatakan kondisi udara saat itu terasa segar dan tidak seburuk yang sering diberitakan. Ia menilai bahwa upaya pemerintah dalam menekan polusi, terutama dari sektor transportasi dan industri, mulai menunjukkan hasil nyata.

“Pagi ini udara Jakarta bersih banget, kita bisa lari dengan nyaman tanpa masker. Ini tanda kerja keras kita bersama mulai terlihat hasilnya,” kata Pramono di sela acara lari massal tersebut.

Namun, klaim ini langsung menuai perdebatan di media sosial. Banyak warganet mempertanyakan pernyataan tersebut dengan membandingkan data kualitas udara dari platform pemantau seperti IQAir dan BMKG yang masih menunjukkan indeks polusi di level sedang hingga tidak sehat pada jam yang sama.

Respons Publik dan Warganet Soal Klaim Udara Jakarta Bersih

Tak butuh waktu lama, komentar Pramono Anung langsung viral di X (Twitter). Tagar #UdaraJakarta dan #PramonoAnung menduduki trending topic Indonesia. Banyak warganet mengaku heran dengan klaim tersebut karena merasa kualitas udara di Jakarta belum sebaik yang digambarkan.

Beberapa pengguna media sosial bahkan mengunggah tangkapan layar dari aplikasi pemantau udara, menunjukkan bahwa indeks kualitas udara (AQI) Jakarta pada pukul 06.30 pagi masih berada di kisaran 120–140, kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif.

Sementara sebagian warga yang ikut lari di lokasi mengaku memang udara terasa lebih segar dari biasanya, namun masih terasa debu tipis di beberapa titik jalan.

“Kalau dibandingkan hari kerja memang lebih baik, mungkin karena kendaraan berkurang. Tapi dibilang bersih banget juga belum,” ujar Rizky, peserta Running Festival 2025 asal Tebet.

Klaim Pramono pun memicu perdebatan antara mereka yang melihat dari pengalaman langsung versus yang mengacu pada data ilmiah.

Fakta Kualitas Udara Jakarta Saat Acara Digelar

Data dari BMKG dan IQAir menunjukkan bahwa pada Sabtu malam hingga Minggu pagi, tingkat polusi di Jakarta mengalami penurunan sementara akibat hujan ringan di beberapa wilayah. Hujan membantu menurunkan partikel debu PM2.5 di udara, membuat kondisi pagi hari sedikit lebih baik dari biasanya.

Namun, meskipun ada perbaikan sementara, data pada pukul 09.00 WIB menunjukkan peningkatan kadar polutan kembali ke level sedang. Rata-rata AQI Jakarta tercatat di angka 97, yang artinya belum bisa dikategorikan “bersih” secara ilmiah.

Selain faktor cuaca, aktivitas kendaraan bermotor dan industri masih menjadi penyumbang utama polusi di ibu kota. Berdasarkan laporan DLH DKI Jakarta, 70% polusi udara Jakarta masih berasal dari emisi kendaraan pribadi.

Kondisi ini menunjukkan bahwa meski pada momen tertentu udara terasa lebih baik, secara umum kualitas udara Jakarta belum stabil di level aman.

Upaya Pemerintah dalam Menekan Polusi Udara

Pemerintah memang tengah gencar mendorong berbagai kebijakan untuk memperbaiki kualitas udara Jakarta. Mulai dari perluasan uji emisi kendaraan, pembatasan mobil pribadi di area tertentu, hingga memperbanyak kendaraan listrik untuk transportasi publik.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga bekerja sama dengan pemerintah DKI untuk mengoptimalkan program “Langit Biru”, yang bertujuan mengurangi kadar partikulat PM2.5.

Selain itu, proyek Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT) juga diklaim ikut berkontribusi menurunkan emisi karbon di wilayah perkotaan.

Namun, pengamat lingkungan menilai langkah-langkah tersebut belum cukup cepat. Menurut Dwi Rachmanto dari Greenpeace Indonesia, perbaikan kualitas udara butuh perubahan sistemik dan konsisten, bukan hanya kebijakan temporer menjelang acara besar.

“Pemerintah perlu transparan dalam mengungkap data real-time dan konsisten menerapkan kebijakan berbasis bukti, bukan sekadar momen politik,” kata Dwi.

Running Festival 2025 dan Misi Kampanye Lingkungan

Running Festival 2025 sendiri digelar oleh pemerintah bersama komunitas olahraga untuk mempromosikan gaya hidup sehat dan kepedulian terhadap lingkungan. Acara ini diikuti lebih dari 15 ribu peserta dari berbagai daerah, termasuk pejabat, atlet, dan masyarakat umum.

Panitia menyiapkan dua kategori utama: 5K Fun Run dan 10K Challenge. Jalur lari dimulai dari Bundaran HI, melewati Sudirman, dan berakhir di Gelora Bung Karno (GBK).

Selain olahraga, panitia juga menyiapkan berbagai booth edukatif tentang pengurangan polusi dan pentingnya penghijauan perkotaan. Beberapa peserta bahkan membawa spanduk bertuliskan “Lari untuk Udara Bersih” dan “Jakarta Butuh Napas Segar”.

Meski cuaca cukup mendukung dan acara berjalan lancar, pernyataan Pramono Anung yang menyebut udara Jakarta sudah bersih justru menjadi sorotan terbesar dari kegiatan tersebut.

Perdebatan Data vs Persepsi: Mana yang Lebih Valid?

Fenomena ini membuka kembali perdebatan klasik: apakah pengalaman langsung bisa dijadikan acuan valid dalam menilai kualitas udara?

Ahli kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia, dr. Elvi Prasetya, menegaskan bahwa persepsi “udara terasa bersih” belum tentu mencerminkan kondisi sebenarnya. Menurutnya, partikel polutan seperti PM2.5 dan NO2 tidak selalu terlihat atau tercium.

“Manusia tidak bisa menilai kebersihan udara dengan pancaindra saja. Banyak polutan mikroskopik yang tetap berbahaya meskipun tidak tampak,” ujarnya.

Karena itu, penting bagi pemerintah dan publik untuk selalu merujuk pada data ilmiah daripada sekadar persepsi sesaat. Meski masyarakat boleh merasa lega saat udara terasa segar, tetap dibutuhkan pemantauan objektif dan kebijakan berbasis bukti untuk menjaga keberlanjutan lingkungan.

Reaksi Pemerintah DKI dan Tindak Lanjut

Menanggapi ramai perdebatan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menyatakan bahwa pihaknya akan terus melakukan pemantauan harian terhadap kualitas udara. Ia juga berjanji akan mempublikasikan laporan transparan setiap minggu.

“Kami tidak menampik bahwa perbaikan ada, tapi belum bisa disebut udara Jakarta bersih secara permanen. Butuh waktu dan kolaborasi lebih luas,” kata Asep.

DLH juga berencana memperluas titik pantau kualitas udara dari 8 lokasi menjadi 15 titik pada 2026, termasuk di area padat lalu lintas seperti Kuningan, Cempaka Putih, dan Kalideres.

Langkah ini diharapkan bisa memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kondisi udara di seluruh wilayah Jakarta, bukan hanya area tertentu yang relatif lebih bersih.

Pandangan Publik: Harapan untuk Jakarta yang Lebih Sehat

Terlepas dari kontroversi, banyak warga menilai pernyataan Pramono bisa menjadi momentum positif untuk mendorong kesadaran soal kualitas udara. Sebagian berharap pemerintah tidak hanya berhenti di klaim, tapi juga mempercepat langkah nyata.

Beberapa komunitas lari bahkan mengusulkan agar Running Festival dijadikan agenda tahunan dengan misi sosial lingkungan yang lebih kuat — seperti menanam pohon per peserta atau kampanye tanpa kendaraan pribadi selama acara berlangsung.

Langkah sederhana seperti ini, kata mereka, bisa memperkuat pesan bahwa udara bersih bukan sekadar klaim, tapi tanggung jawab bersama.

Jakarta Butuh Bukti Nyata, Bukan Sekadar Klaim Udara Bersih

Pernyataan Pramono Anung soal udara Jakarta bersih di Running Festival 2025 memang memicu diskusi panas, tapi di sisi lain membuka ruang penting: kesadaran publik soal kualitas udara.

Meski ada perbaikan sementara, data masih menunjukkan bahwa tantangan polusi di ibu kota belum berakhir. Pemerintah perlu konsisten menjaga kebijakan lingkungan, memperluas transportasi ramah lingkungan, dan memperketat pengawasan emisi.

Momentum untuk Bergerak Bersama

Klaim ini seharusnya jadi momentum untuk mengubah kesadaran menjadi aksi nyata. Jakarta butuh kolaborasi, bukan sekadar narasi. Warga, pemerintah, dan industri harus bekerja sama memastikan bahwa udara bersih bukan hanya terasa saat festival, tapi menjadi kenyataan setiap hari.

You may also like

BPIH 2026 Turun Rp 2 Juta, BPKH Siap Salurkan Nilai Manfaat untuk Topang Biaya Haji

October 30, 2025

TBS Energi Utama Siapkan Investasi Rp 2,56 Triliun untuk Bisnis Limbah dan Energi Bersih

October 29, 2025

Profil Mayjen TNI Rio Firdianto: Jenderal Berpengalaman yang Kini Pimpin Kodam I/Bukit Barisan

October 28, 2025
Tags: Jakarta bersih, lingkungan hidup, polusi udara, Pramono Anung, Running Festival 2025, udara Jakarta

Archives

  • October 2025
  • September 2025

Calendar

October 2025
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
« Sep    

Categories

  • Daerah
  • Finance
  • Health
  • Hukum
  • Internasional
  • Kesehatan
  • Nasional
  • Outdoors
  • Pemerintah
  • Pendidikan
  • Pet Care
  • Politik
  • Sports
  • Technology
  • Viral

Copyright lacakperistiwa.com 2025 | Theme by ThemeinProgress | Proudly powered by WordPress