
Trump Kecam Rusia yang Uji Coba Rudal Burevestnik, Sebut Dunia Masuk Era Berbahaya
Trump Kecam Rusia yang Menguji Rudal Burevestnik
lacakperistiwa.com – Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menarik perhatian dunia internasional setelah secara terbuka mengecam langkah Rusia yang menguji coba rudal Burevestnik — senjata nuklir generasi baru yang diklaim memiliki jangkauan nyaris tanpa batas. Dalam pernyataannya, Trump menyebut tindakan itu sebagai “langkah berbahaya yang bisa membawa dunia menuju konflik global baru”.
Trump, yang saat ini tengah mempersiapkan diri untuk pemilihan presiden AS 2024, menyebut uji coba tersebut sebagai bukti bahwa Rusia di bawah pemerintahan Vladimir Putin tidak lagi memedulikan keseimbangan kekuatan global. Menurutnya, jika Amerika Serikat tidak bertindak cepat, dunia akan menghadapi risiko perlombaan senjata nuklir yang lebih ekstrem dari era Perang Dingin.
“Putin sedang menunjukkan kepada dunia bahwa ia siap menggunakan kekuatan militer ekstrem untuk mempertahankan dominasinya. Ini gila dan tidak bertanggung jawab,” ujar Trump dalam wawancara eksklusif dengan Fox News.

Apa Itu Rudal Burevestnik yang Dikecam Trump?
Rudal Burevestnik, juga dikenal dengan nama “Skyfall” di kalangan NATO, adalah salah satu proyek paling ambisius militer Rusia. Diumumkan oleh Presiden Vladimir Putin pada 2018, rudal ini diklaim memiliki tenaga nuklir sebagai sumber propulsi, membuatnya bisa terbang dalam waktu sangat lama dan menyerang target di mana pun di dunia.
Burevestnik bukan sekadar rudal jarak jauh biasa. Teknologi nuklir yang digunakan memungkinkan rudal ini menghindari sistem pertahanan rudal konvensional, karena bisa bergerak dengan pola penerbangan tak terduga dan di ketinggian rendah.
Namun, sejak awal, proyek ini menuai kontroversi. Beberapa pakar pertahanan bahkan menyebutnya sebagai “senjata bunuh diri” karena risiko radiasi tinggi dari sistem propulsinya. Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa telah memperingatkan bahwa uji coba rudal ini bisa berdampak serius pada keselamatan lingkungan.
“Bayangkan rudal dengan reaktor nuklir yang terbang ribuan kilometer tanpa pengawasan penuh — ini bukan hanya ancaman militer, tapi juga ancaman ekologis global,” tulis laporan RAND Corporation, lembaga riset kebijakan pertahanan AS.
Reaksi Dunia Internasional terhadap Uji Coba Rusia
Setelah kabar uji coba Burevestnik muncul, berbagai negara langsung merespons dengan kekhawatiran. Pemerintah Inggris, Prancis, dan Jerman menyerukan transparansi dari Moskow, sementara NATO mengatakan akan “meninjau ulang posisi strategisnya” terkait keamanan Eropa Timur.
Amerika Serikat sendiri belum memberikan respons resmi melalui Gedung Putih, tetapi sejumlah pejabat Pentagon mengonfirmasi bahwa aktivitas uji rudal Rusia memang terdeteksi lewat satelit militer. Mereka menilai langkah ini sebagai bagian dari upaya Rusia memperkuat posisi tawarnya dalam negosiasi internasional yang kini tengah menegang akibat perang Ukraina.
Trump memanfaatkan momentum ini untuk menuding pemerintahan Joe Biden terlalu lemah menghadapi ancaman Rusia. “Biden tidak bisa menjaga Amerika tetap aman. Putin bebas berbuat apa pun yang dia mau. Ini bukti bahwa kepemimpinan yang lemah berbahaya bagi dunia,” kata Trump.
Konteks Politik: Trump dan Strategi “America First”
Komentar keras Trump terhadap Rusia bukanlah hal baru. Meskipun selama masa jabatannya ia dikenal memiliki hubungan pribadi yang cukup baik dengan Putin, Trump tetap memposisikan dirinya sebagai pembela kepentingan nasional Amerika di atas segalanya.
Dalam wawancara terbarunya, Trump menegaskan bahwa jika terpilih kembali, ia akan mengembalikan posisi Amerika sebagai kekuatan militer yang tak tertandingi dan mempercepat modernisasi arsenal nuklir AS. “Kita tidak bisa mengandalkan diplomasi saat musuh mempersenjatai diri dengan senjata super,” tegasnya.
Para pengamat politik menilai komentar Trump ini sekaligus sebagai sinyal politik untuk memperkuat basis pemilih konservatif yang menuntut kebijakan luar negeri lebih agresif. Di tengah ketegangan global akibat perang Ukraina dan konflik Timur Tengah, Trump berusaha tampil sebagai sosok yang “keras tapi rasional” — kontras dengan citra diplomatis Biden.
Burevestnik dan Ancaman Keseimbangan Global
Rudal Burevestnik sendiri menambah panjang daftar senjata strategis Rusia yang menimbulkan kekhawatiran dunia. Selain rudal ini, Rusia juga memiliki sistem hipersonik Avangard dan rudal balistik Sarmat yang mampu membawa hulu ledak nuklir hingga lintas benua.
Dengan kemampuan seperti itu, Burevestnik dianggap simbol dari ambisi Rusia untuk menantang dominasi militer Amerika Serikat. Jika benar-benar beroperasi penuh, rudal ini bisa melewati sistem pertahanan seperti THAAD atau Aegis yang selama ini jadi andalan Washington.
Trump memperingatkan bahwa langkah Rusia ini bukan sekadar unjuk kekuatan, tapi ancaman nyata bagi stabilitas global. “Kita sedang menyaksikan awal dari era senjata yang tak bisa dicegah. Dunia harus bersatu sebelum semuanya terlambat,” katanya.
Analisis Militer: Realistis atau Propaganda?
Meski klaim Rusia terdengar mengerikan, sejumlah analis pertahanan meragukan keberhasilan penuh proyek Burevestnik. Banyak laporan menyebut bahwa uji coba sebelumnya gagal total, bahkan menimbulkan insiden mematikan di Arkhangelsk pada 2019 yang menyebabkan kebocoran radiasi dan menewaskan ilmuwan Rusia.
Analis keamanan internasional dari CSIS, Mark Cancian, menyebut uji coba terbaru ini kemungkinan besar lebih bersifat demonstratif ketimbang operasional. “Rusia sedang mencoba menunjukkan kekuatan di tengah tekanan ekonomi dan militer akibat perang Ukraina,” katanya.
Namun, Cancian juga memperingatkan bahwa meskipun secara teknis belum sempurna, proyek seperti Burevestnik tetap berbahaya karena meningkatkan risiko eskalasi politik dan militer antarnegara nuklir.
Trump Serukan Diplomasi Keras terhadap Rusia
Dalam pernyataannya, Trump menegaskan bahwa Amerika Serikat harus memimpin upaya internasional untuk menekan Rusia agar mematuhi perjanjian senjata strategis seperti New START. Ia juga mendesak NATO agar memperkuat kehadiran militernya di Eropa Timur sebagai langkah pencegahan.
“Jika saya presiden, Rusia tidak akan berani meluncurkan rudal nuklir percobaan seperti ini,” kata Trump dengan nada tegas.
Meski begitu, sebagian diplomat Eropa menganggap pendekatan Trump yang terlalu konfrontatif justru bisa memperburuk situasi. Mereka khawatir kebijakan “hardline” terhadap Rusia akan mendorong Moskow semakin menjauh dari dialog internasional.
Namun bagi Trump dan para pendukungnya, dunia butuh pemimpin yang berani bersuara keras melawan kekuatan besar seperti Rusia dan China, bukan sekadar mengandalkan diplomasi lembut.
Dampak terhadap Hubungan AS–Rusia
Uji coba rudal Burevestnik diperkirakan akan semakin memperburuk hubungan antara Washington dan Moskow yang sudah tegang sejak invasi Ukraina. Pemerintah AS mungkin akan mempertimbangkan sanksi baru atau pembatasan tambahan terhadap lembaga riset militer Rusia.
Sementara itu, Kremlin tampak tidak gentar. Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, menegaskan bahwa Rusia berhak mengembangkan teknologi pertahanan apapun untuk melindungi kedaulatannya. “Kami tidak mencari konflik, tapi kami juga tidak akan tunduk,” ujarnya.
Banyak analis memprediksi bahwa hubungan AS–Rusia akan tetap membeku dalam waktu lama, terutama menjelang pemilihan presiden AS 2024, di mana isu keamanan global akan menjadi salah satu tema utama debat politik.
Dunia Masuk Era Baru Persaingan Nuklir
Pernyataan keras Donald Trump yang mengecam uji coba rudal Burevestnik Rusia menyoroti betapa rapuhnya stabilitas keamanan dunia saat ini. Di tengah ketegangan geopolitik dan perlombaan senjata, dunia tampak kembali bergerak menuju era Perang Dingin baru — namun kali ini dengan teknologi yang jauh lebih mematikan.
Meski sebagian pihak menilai uji coba itu hanya unjuk kekuatan, tidak bisa disangkal bahwa ancaman nuklir global kini kembali nyata. Dunia membutuhkan kepemimpinan yang kuat, diplomasi cerdas, dan pengawasan ketat agar ambisi militer tak mengorbankan masa depan umat manusia.


