
TBS Energi Utama Siapkan Investasi Rp 2,56 Triliun untuk Bisnis Limbah dan Energi Bersih
TBS Energi Utama Siapkan Investasi Rp 2,56 Triliun untuk Bisnis Limbah dan Energi Bersih
lacakpersitiwa.com – PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) kembali menunjukkan langkah seriusnya dalam transformasi menuju bisnis hijau. Perusahaan yang selama ini dikenal lewat portofolio di sektor energi dan infrastruktur itu menyiapkan investasi besar senilai Rp 2,56 triliun untuk memperluas lini usaha di bidang pengelolaan limbah dan energi bersih.
Langkah ini bukan sekadar strategi bisnis, tapi juga bagian dari komitmen TBS untuk mendukung visi Indonesia menuju net zero emission pada tahun 2060.
CEO TBS Energi Utama, Pandu Sjahrir, menegaskan bahwa perusahaan kini bergerak cepat menyeimbangkan portofolio antara energi fosil dan sumber energi berkelanjutan.
“Transformasi menuju energi bersih bukan lagi pilihan, tapi keharusan. Investasi ini adalah langkah konkret kami untuk memastikan pertumbuhan ekonomi tetap berjalan seiring dengan tanggung jawab lingkungan,” ujar Pandu dalam keterangannya, Rabu (29/10).

Fokus pada Limbah dan Energi Terbarukan: Pilar Bisnis Baru TBS
Dalam rencana ekspansinya, TBS Energi Utama akan mengarahkan sebagian besar investasi ke dua sektor strategis: pengelolaan limbah (waste management) dan energi terbarukan seperti listrik dari biomassa dan energi surya.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang TBS untuk mendiversifikasi pendapatan dan mengurangi ketergantungan terhadap batu bara.
Menurut Pandu, perusahaan kini sudah mengoperasikan sejumlah proyek percontohan yang melibatkan konversi limbah organik menjadi energi listrik dan bahan bakar ramah lingkungan.
Selain itu, TBS juga menjajaki kolaborasi dengan beberapa pemerintah daerah dalam pengelolaan limbah terpadu. Sistem ini memungkinkan limbah rumah tangga dan industri diproses menjadi energi panas dan gas metana.
“Model bisnis ini punya efek ganda: mengurangi timbunan sampah sekaligus menghasilkan energi bersih,” kata Pandu.
Perusahaan juga disebut tengah mengkaji peluang masuk ke sektor waste-to-energy secara lebih agresif pada 2025. Proyek ini akan melibatkan investasi sekitar Rp 800 miliar tahap awal, dengan target operasi komersial di tahun 2026.
Dorongan ESG dan Tekanan Global Bikin TBS Bergerak Cepat
Transformasi bisnis TBS tak lepas dari dorongan global terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang kini jadi tolok ukur keberlanjutan korporasi modern.
Investor, baik dari dalam maupun luar negeri, kini semakin selektif menempatkan dana hanya pada perusahaan dengan komitmen kuat terhadap isu lingkungan.
Di sisi lain, pemerintah Indonesia juga terus memperkuat regulasi terkait energi hijau. Salah satunya melalui Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2022 tentang percepatan pengembangan energi terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik.
TBS Energi Utama menangkap sinyal itu dengan cepat.
“Kalau kita tidak beradaptasi sekarang, kita akan tertinggal,” ujar Pandu. “Kami percaya, bisnis yang berkelanjutan adalah bisnis yang relevan untuk 20 tahun ke depan.”
Tak hanya di energi bersih, TBS juga memperkuat rantai nilai bisnisnya melalui sistem pengukuran emisi karbon internal. Ini dilakukan untuk memastikan seluruh operasi perusahaan bisa dikontrol dan dikompensasi sesuai target pengurangan emisi tahunan.
Proyeksi Bisnis: ROI Tetap Menarik Meski Fokus Hijau
Banyak pihak menganggap transisi energi sebagai langkah mahal. Tapi bagi TBS, strategi ini justru membuka peluang ekonomi baru.
Dari proyeksi internal, return on investment (ROI) untuk sektor limbah dan energi bersih bisa mencapai 10–12% per tahun, setara bahkan lebih tinggi dibanding investasi di pembangkit konvensional.
“Bisnis energi bersih bukan cuma soal idealisme lingkungan. Ini tentang efisiensi, inovasi, dan stabilitas jangka panjang,” ungkap salah satu direktur TBS.
Dengan biaya operasional yang lebih rendah dan potensi kemitraan internasional, TBS menilai proyek hijau ini akan cepat mencapai titik impas (break even point) dalam 6–8 tahun.
Tak hanya itu, TBS juga memanfaatkan momentum tren carbon trading (perdagangan karbon) yang mulai aktif di Indonesia. Proyek-proyek energi bersih mereka bisa menghasilkan carbon credit yang dapat diperdagangkan di bursa karbon nasional.
TBS dan Peran dalam Transisi Energi Nasional
Langkah TBS Energi Utama sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menargetkan rasio energi terbarukan 23% pada 2025.
Selama ini, sektor swasta memegang peran penting dalam mencapai target tersebut — terutama lewat investasi langsung dan pengembangan teknologi rendah emisi.
Melalui investasi Rp 2,56 triliun ini, TBS diharapkan mampu berkontribusi signifikan pada pengurangan emisi karbon nasional.
Dalam peta jalan mereka, TBS berencana menurunkan intensitas emisi perusahaan sebesar 35% pada tahun 2030, sebelum sepenuhnya beralih ke portofolio hijau pada 2040-an.
Langkah ini mendapat sambutan positif dari Kementerian ESDM.
Menurut salah satu pejabat Direktorat Jenderal EBTKE, kemitraan swasta seperti TBS akan mempercepat transformasi energi nasional. “Kami butuh pemain besar yang punya modal dan visi jangka panjang. TBS termasuk salah satu yang paling proaktif,” ujarnya.
Tantangan Implementasi: Infrastruktur dan Biaya Awal
Meskipun potensinya besar, TBS tetap menghadapi sejumlah tantangan di lapangan.
Infrastruktur pendukung energi bersih di Indonesia masih terbatas. Pengolahan limbah dan sistem distribusi listrik terbarukan masih butuh investasi tambahan dari pihak ketiga.
Selain itu, biaya awal pengembangan proyek hijau relatif tinggi, terutama untuk waste-to-energy dan teknologi biomassa.
Namun, TBS meyakini investasi ini tetap strategis karena memberikan nilai tambah jangka panjang — baik dari sisi lingkungan maupun ekonomi.
Untuk meminimalkan risiko, perusahaan menerapkan strategi partnership-based model, menggandeng lembaga pendanaan hijau, serta membuka ruang bagi investor asing yang fokus pada proyek ESG.
Perspektif Pasar dan Dukungan Publik
Pasar modal juga merespons positif arah baru TBS Energi Utama. Sejak perusahaan memperkuat narasi transisi energi, saham TOBA menunjukkan stabilitas lebih tinggi dibanding beberapa emiten energi lain.
Investor institusional mencatat bahwa arah bisnis TBS kini lebih berkelanjutan dan mampu menarik minat investor global.
Sementara di masyarakat, langkah TBS dianggap sebagai contoh konkret transformasi industri energi di Indonesia. Banyak pihak berharap langkah ini diikuti perusahaan lain, terutama yang masih bergantung pada energi fosil.
Beberapa analis menilai, jika strategi hijau TBS berhasil, ini bisa jadi benchmark nasional bagi perusahaan energi lain dalam mengelola transisi ke arah keberlanjutan.
Investasi Hijau TBS, Langkah Strategis Menuju Masa Depan Energi
Komitmen Serius Hadapi Tantangan Global
Dengan investasi senilai Rp 2,56 triliun, TBS Energi Utama jelas menunjukkan komitmen nyata dalam mendukung transformasi energi nasional.
Langkah ini bukan cuma strategi bisnis, tapi simbol perubahan arah industri menuju masa depan yang lebih bersih dan bertanggung jawab.
Masa Depan Energi Adalah Hijau
Indonesia butuh lebih banyak perusahaan seperti TBS — berani mengambil risiko, berinovasi, dan memimpin dalam pengembangan energi bersih.
Kalau roadmap ini berjalan sesuai rencana, TBS bukan hanya pemain besar di industri energi, tapi juga pelopor ekonomi hijau yang sesungguhnya.


