
RI Siaga 1! BMKG Ingatkan Ancaman Badai Mirip Seroja, La Niña OTW
Siaga 1 dan Peringatan BMKG
Indonesia resmi memasuki status Siaga 1 dari BMKG terkait potensi ancaman cuaca ekstrem yang digabung dengan fenomena La Niña dan siklon tropis. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebut bahwa dari periode November 2025 hingga Maret 2026 terdapat peningkatan potensi terbentuknya siklon tropis di wilayah selatan Indonesia—yang bisa menyerupai pola yang terjadi saat Badai Seroja menimpa NTT pada April 2021. Antara News+2inilah.com+2
Meskipun La Niña yang diprediksi tergolong lemah, BMKG tidak boleh dianggap enteng karena kondisi suhu muka laut yang menghangat serta aktifnya aliran angin timuran dapat memperkuat pembentukan awan hujan dan sistem tekanan rendah yang berpotensi menjadi siklon. inilah.com+2Ambisius News+2
Status Siaga 1 ini bukan sekadar alarm formal—ini berarti pemerintah dan masyarakat harus mulai bersiap: memperkuat sistem peringatan dini, memperbaharui respons darurat, dan memastikan bahwa daerah rawan banjir, longsor, serta angin kencang telah memiliki rencana mitigasi matang.
Faktor Pemicu: La Niña, Suhu Muka Laut & Siklon Tropis
lacakperistiwa.com – Fenomena La Niña terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah-timur berada di bawah rata-rata, sehingga meningkatkan kejadian hujan di banyak wilayah Indonesia. BMKG mendeteksi bahwa La Niña lemah mulai aktif sejak Oktober/November 2025.
Suhu muka laut (SML) di perairan selatan Indonesia juga tercatat lebih hangat dari normal, yang berarti potensi pembangkitan awan hujan dan sistem tekanan rendah meningkat — kondisi yang mempermudah pembentukan siklon tropis di selatan Indonesia.
Siklon tropis yang terbentuk di perairan selatan Indonesia (seperti selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga Maluku bagian selatan) menjadi sorotan utama: BMKG memperingatkan potensi “badai mirip Seroja” yang memiliki karakter hujan ekstrem, angin kencang, dan dampak struktur yang parah.

Wilayah Rawan, Risiko Utama & Data Pendukung
Wilayah yang paling diperingatkan mencakup pesisir selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku bagian selatan — tempat pilihan pembentukan siklon tropis sering muncul.
Risiko utama yang disebut BMKG antara lain: hujan ekstrem yang dapat menyebabkan banjir bandang, tanah longsor, angin kencang yang merusak bangunan ringan atau atap seng, serta gelombang laut besar. Saat siklon bergerak ke daratan, kombinasi hujan + angin + gelombang bisa memunculkan dampak kumulatif yang besar.
Dalam konteks La Niña lemah, meskipun curah hujan nasional mungkin tidak melonjak drastis, sejumlah wilayah dapat mengalami curah hujan di atas rata-rata. BMKG menjelaskan bahwa La Niña lemah bukan berarti aman total — daerah dengan kondisi geografis dan drainase buruk tetap rentan.
Kesiapsiagaan & Mitigasi yang Harus Diperkuat
Pemerintah daerah (pemda), BPBD, dan seluruh pemangku kepentingan harus segera mengaktifkan kesiapsiagaan: memperbarui data wilayah rawan banjir/longsor, menyiapkan jalur evakuasi, membuat posko bencana, serta memastikan sistem peringatan dini berfungsi.
Masyarakat juga harus mulai proaktif: memeriksa saluran air di sekitar rumah, menyiapkan perlengkapan darurat (senter, obat, dokumen penting), memahami rute evakuasi, serta mengikuti instruksi dari BMKG dan BPBD ketika peringatan dikeluarkan.
Komunikasi publik sangat kritikal — BMKG meminta agar semua pihak memantau website/resmi BMKG, media lokal, dan aplikasi cuaca. Peringatan dini harus sampai ke masyarakat secara cepat dan jelas agar respons bisa dilakukan sebelum terjadi kerusakan besar.
Dampak Potensial dan Pelajaran dari Badai Seroja
Badai Seroja yang melanda NTT pada April 2021 menjadi pelajaran pahit: banjir bandang, longsor, dan kerusakan masif terjadi akibat kombinasi hujan ekstrem dan kondisi geologi serta infrastruktur yang lemah.
Jika siklon sejenis muncul lagi dengan skenario La Niña + suhu muka laut hangat + sistem tekanan rendah di selatan Indonesia, dampaknya bisa meluas ke wilayah yang sebelumnya mungkin kurang siap: perkotaan dengan drainase buruk, wilayah pesisir yang ramai aktivitas, hingga daerah padat penduduk dengan pemukiman rentan.
Itu artinya bukan hanya soal “badai datang” tetapi soal “siapa yang sudah siap” — infrastruktur, sistem peringatan, kepedulian masyarakat, dan respons darurat semuanya harus optimal.
Status Siaga 1 yang dikeluarkan BMKG menegaskan bahwa Indonesia berada di fase kritis: fenomena La Niña dan potensi siklon tropis sedang “pada jalan” — ancaman badai mirip Seroja bukan lagi kemungkinan jauh, tapi skenario perlu dipersiapkan.
Kesiapsiagaan harus jadi reallife: bukan hanya wacana, tetapi tindakan nyata. Setiap daerah rawan harus mulai bergerak hari ini, bukan menunggu pagi ketika hujan mulai turun ekstrim.
-
Pemda harus segera mengaktifkan SOP bencana, memperkuat koordinasi antar instansi, dan menyiapkan lokasi evakuasi serta posko selama musim hujan/potensi siklon.
-
Masyarakat perlu edukasi intensif bagaimana merespons ketika peringatan dini dikeluarkan: evakuasi, proteksi barang-barang penting, menghindari aktivitas di pesisir/bawah atap ringan saat angin kencang.
-
BMKG dan media harus memastikan informasi tersebar cepat dan akurat: sistem peringatan berbasis aplikasi, SMS/WA, sirene lokal—semua perlu dimaksimalkan agar “warning” bukan hanya terdengar, tetapi direspon dengan cepat.
You may also like
Archives
Calendar
| M | T | W | T | F | S | S |
|---|---|---|---|---|---|---|
| 1 | 2 | |||||
| 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 |
| 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 |
| 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 |
| 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 |


